Jakarta - Komisi Kekerasan Keluarga Australia melaporkan bayi bisa merasakan takut lewat kontak kulit dengan orang tua dan terpengaruh oleh kekerasan sampai dewasa.
Pekerja sosial dan terapis Robyn Miller mengatakan ketika sang ibu atau anggota keluarga lainnya alami kekerasan. Bayi bisa merasakan hal tersebut ketika ia digendong dengan orang bersangkutan.
"Jika ibu terluka, si bayi meski dia berada di ruangan yang berbeda akan terpengaruh oleh pengalaman ibu yang saat itu mungkin shok, ketakutan ... Anak bisa merasakan ketakutan itu, mereka merasakannya lewat kontak dengan kulit," kata Miller seperti dikutip dari ABC Australia pada Rabu (15/2015).
Direktur Women's Mental Health, Royal Women's Hospital, Profesor Louise Newman mendukung hal tersebut. Menurutnya ekspos kekerasan yang berkelanjutan terhadap anak sejak lahir hingga umur 4 tahun bisa memengaruhi perkembangan otak.
"Kita tahu bahwa berada di situasi ini terutama bila berkelanjutan merasa takut dan terteror, berhubungan dengan respon stres fisik yang besar dan tubuh melepas banyak hormon stres," kata Newman.
"Hormon tersebut dapat berdampak langsung terhadap perkembangan otak. Pada masa awal kehidupan otak berkembang dengan cepat dan sangat sensitif terhadap perubahan hormon. Yang kita tahu dari studi, otak bisa berubah akibat dampak dari hormon stres," lanjutnya.
Trauma dari masa anak-anak dikatakan Newman dampaknya akan terus ada sampai dewasa. Anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih rentan hadapi stres karena otaknya terbentuk lebih sensitif.
"Jadi ya hal ini bisa membentuk otak yang lebih rentan," tutup Newman. (fds/up)
|