Jakarta - Kehamilan menjadi kabar yang membahagiakan bagi pasangan yang sudah menikah. Namun, banyak juga orang merasa khawatir saat menjalani kehamilan. Mulai dari kekhawatiran keguguran, tidak sehat, dan keluhan lainnya.
Kehamilan dapat membuat perasaan yang berbeda dan biasanya cukup sulit untuk mengukur stres. Kadang-kadang stres normal, sepanjang tidak mengganggu selama kehamilan.
Adalah normal untuk merasa stres saat hamil karena akan ada perubahan yang terjadi dalam tubuh Anda. Namun di sisi lain jika stres selalu berubah-ubah maka efek pada bayi bisa menjadi permanen. Jika Anda terus-menerus stres, hal itu dapat mempengaruhi bayi Anda. Banyak ibu mengalami stres dan depresi klinis selama kehamilan.
Penelitian menunjukkan bahwa stres dapat berperan dalam kesehatan ibu maupun kesehatan janin. Seorang wanita hamil yang pekerjaannya mengharuskan dia untuk berdiri selama berjam-jam tanpa istirahat memiliki risiko yang lebih besar mengalami persalinan dini.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang bagaimana stres kerja mempengaruhi kehamilan.
1. Berbahaya pada otak bayi Hal ini sangat normal jika Anda merasa khawatir tentang apa yang Anda makan atau minum dan yang bersangkutan tentang kesehatan bayi Anda. Jika Anda bekerja selama lebih dari 32 jam sepekan, ada kemungkinan Anda mempertaruhkan kesehatan anak yang belum lahir.
Jadi, penting untuk mengetahui apakah Anda benar-benar menjaga kesehatan janin Anda. Stres yang dialami wanita selama kehamilan dapat berpengaruh selama 17 pekan setelah pembuahan. Dan ini berarti ada kemungkinan memiliki efek merusak pada otak dan perkembangan bayi.
2. Berat badan bayi kurang Selama kehamilan tubuh Anda mengalami banyak perubahan dan ketika hormon cenderung berubah sehingga tidak mood. Ketika Anda terlalu stres akan ada kesulitan tidur dan bahkan kehilangan nafsu makan dan ini bisa berbahaya bagi perkembangan bayi.
Tingkat stres yang tinggi bisa menyebabkan tekanan darah tinggi yang menciptakan risiko yang lebih besar menyebabkan bayi lahir prematur. Penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan stres dapat berdampak negatif terhadap kehamilan menyebabkan komplikasi seperti berat badan lahir rendah.
3. Preeklampsia Wanita hamil yang bekerja selama berjam-jam cenderung menghadapi risiko lebih besar terkena preeklampsia. Preeklampsia sebelumnya dikenal toksemia. Kondisi ini biasanya muncul pada paruh kedua kehamilan terutama selama trimester kedua atau ketiga.
4. Keguguran Stres dapat menyebabkan otak mengeluarkan hormon yang disebut corticotropin. Para peneliti telah mengungkapkan bahwa stres juga meningkatkan intensitas hormon yang disebut kortisol pada ibu. Kedua hal ini dapat menyebabkan keguguran di awal kehamilan
BISNIS
|