 |
Laba Bersih Lima Emiten Farmasi Tumbuh Tipis 0,9 persen |
|
|
Nuriy Azizah/FMB -- beritasatu.com -- Senin, 02/11/2015 |
|
Jakarta — Lima Emiten farmasi mencetak laba bersih senilai total Rp 2,28 triliun hingga kuartal III-2015 atau naik tipis 0,9 persen dibandingkan periode sama 2014 sebesar Rp 2,26 triliun. Sedangkan total pendapatan kelima emiten tersebut tercatat Rp 23,75 triliun atau tumbuh 6,5 persen dari sebelumnya Rp 22,3 triliun. Kelima emiten farmasi itu adalah PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC), PT Pyridam Farma Tbk (PYFA), PT Darya – Varia Laboratoria Tbk (DVLA), dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF).
Kalbe Farma dapat membukukan laba bersih sebesar Rp 1,5 triliun atau naik tipis 0,8 persen dibandingkan periode sama sebelumnya sebesar Rp 1,49 triliun. Perseroan mengakui, perlambatan ekonomi berimbas menahan laju pertumbuhan laba bersih.
“Pertumbuhan laba bersih disebabkan oleh perbaikan beban keuangan dan penghasilan bunga serta meningkatnya pendapatan operasi lainnya,” ungkap Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan Vidjongitus melalui keterangan resmi yang dirilis, akhir pekan lalu.
Sedangkan, pendapatan Kalbe Farma tercatat mencapai Rp 13,13 triliun atau tumbuh 2,9 persen dibandingkan periode Januari – September 2014 sebesar Rp 12,76 triliun. Tipisnya kenaikan tersebut disebabkan oleh lemahnya daya beli masyarakat, berakhirnya kontrak distribusi dengan salah satu prinsipal pihak ketiga serta terimbas negatif penarikan salah satu obat resep.
Vidjongtius menilai, kedepan situasi makro ekonomi masih belum stabil ditambah lagi fluktuasi nilai tukar rupiah dan pasar yang kian kompetitif. Dengan demikian, hingga akhir tahun pertumbuhan laba bersih diproyesikan negatif 3 – 4 persen. Sedangkan, pertumbuhan penjualan dipatok hanya berkisar antara 2 – 3 persen tahun ini.
Perolehan laba bersih terbesar kedua dikantongi oleh PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) sebesar Rp 519,5 miliar. Kendati demikian, besaran tersebut susut 5,3 persen dari periode sama 2014 yakni Rp 548,5 miliar.
Presiden Direktur Tempo Scan Pacific Handjojo Muljadi mengungkapkan, penurunan tersebut disebabkan oleh adanya beban biaya restrukturisasi. Restrukturisasi dilakukan mengingat tren perlambatan ekonomi dan lemahnya daya beli yang masih berlanjut hingga akhir tahun.
Kendati demikian, restrukturisasi tersebut diestimasi dapat meningkatkan produktivitas perseroan tahun depan. “Tanpa adanya beban biaya restrukturisasi laba bersih kuartal III – 2015, diproyeksikan maksimum sebesar Rp 544 miliar atau susut 0,8 persen dibandingkan periode sama 2014,”ungkap dia.
Kontras, laba bersih PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) justru melejit 68,5 persen menjadi Rp 718 juta dari sebelumnya Rp 426 juta. Pendapatan perseroan pun naik 1,4 persen dari Rp 160,5 miliar menjadi Rp 162,73 miliar.
PT Darya – Varia Laboratoria Tbk (DVLA) juga membukukan pertumbuhan laba bersih yang signifikan sebesar 25,5 persen dari Rp 77,85 miliar menjadi Rp 97,75 miliar. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh pendapatan perseroan yang juga naik 20,2 persen menjadi Rp 984,93 miliar dari sebelumnya Rp 819,57 miliar.
Sedangkan, laba bersih emiten farmasi pelat merah, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) tumbuh 13,7 persen menjadi Rp 163,58 miliar dari sebelumnya Rp 143,82. Sedangkan, pendapatan perseroan tercatat Rp 3,47 triliun atau naik 12,6 persen dari sebelumnya Rp 3,08 triliun.
Pertumbuhan laba bersih perseroan pada kuartal ketiga tersebut telah melampaui target pertumbuhan hingga akhir tahun yang dipatok sebesar 8 persen. Sedangkan, pendapatan perseroan ditargetkan mampu naik 16 persen menjadi Rp 5,38 triliun pada akhir tahun ini dibandingkan raihan 2014 sebesar Rp 4,52 triliun.
Sementara itu, emiten farmasi pelat merah lainnya, PT Indofarma Tbk (INAF) masih mencatatkan rugi bersih Rp sebesar 31,97 miliar. Kendati demikian, besaran tersebut telah susut dibandingkan kuartal ketiga 2014 yang mencapai Rp 35,67 miliar.
Di awal tahun, Indofarma menargetkan mampu meraup laba Rp 33,8 miliar sepanjang tahun ini atau naik drastis 2.813 persen dibandingkan perolehan 2014 sebesar Rp 1,16 miliar. Sedangkan, pendapatan perseroan ditargetkan mampu meningkat 23 persen dari Rp 1,38 triliun pada 2014 menjadi Rp 1,7 triliun.
“Indofarma fokus untuk efisiensi di 2015, sehingga kami akan kurangi total operational cost sehingga bisa mendatangkan profit. Karena profit selama ini kami rasakan memang datang dari efisiensi,” ujar Sekertaris Perusahaan Indofarma Yasser Arafat, beberapa waktu lalu. |
|
|
|
Kembali Cetak |
|
|
|